Curug Tujuh Cibolang, Air Mata Sang Raja
Oleh PANDU RADEA
Gemuruhnya suara air dan hembusan angin bercampur butir-butir air yang terbayang saat Priangan mengunjungi Wana Wisata Curug tujuh Cibolang, Kecamatan Panjalu, tidak menjadi kenyataan. Yang terlihat di curug satu, dari enam air terjun lainnya yang rencananya akan dipantau, debit airnya tampak jauh berkurang dari keadaan normalnya. Ceruk tampungan air, sebelum dialirkan kebawah, tampak kering. Padahal curug satu merupakan curug yang memiliki debit air paling besar dan tertinggi (125 m) dibandingkan dengan curug yang lainnya.
Sesuai dengan namanya, Curug Tujuh Cibolang memang terdiri dari tujuh air terjun yang lokasinya tidak berjauhan. Bahkan curug 4 dan 5 letaknya berdampingan hanya terpisah kurang lebih 2 meter jaraknya, dan ternyata yang paling kecil debit airnya. Rupanya sumber air Cimantaja yang mengalir di atasnya sudah surut ketitik yang mengkhawatirkan akibat panjangnya musim kemarau serta ditambah dengan banyaknya penebangan pohon di wilayah Gunung Sawal.
Namun bagi bagi Entis, pekerja kebersihan yang sudah mengakrabi Wisata ini sejak kecol keadaan tersebut tidaklah terlalu merisaukan. Lelaki ini meyakini bahwa cimanataja tidak akan kering. Hal tersebut dlandasi adanya mitos bahwa cimantaja yang berarti air mata raja, memang di dipersiapkan saat menghadapi musim kemarau.
Konon menurut Entis, bahwa baheula di wilayah curug tujuh ini ada sorang penmguasa atau raja yang pada suatu waktu merasa sangat prihatin melihat keadaan diwilayahnya akibat kemarau panjang. Air tidak ada dan tanah kering kerontang, sehingga rakyatnya dirundung sengsara berkepanjangan.
Sang raja kemudian bertapa untuk memohon supaya diturunkan hujan agar keadaan negerinya pulih seperti sedia kala. Namun usahanya itu tidak mendapat jawaban dari pernguasa alam. karena tak membuahkan hasil hati sang raja merasa sedih dan kesedihannyya itu membuat sang raja menangis. Saat itulah keajaiban terjadi air mata raja yang tu’us perlahan berubah menjadi genangan air jernih dan semakin membesar sehingga membentuk aliran air yang akhirnya terpecah dan jatuh di tujuh buah tebing. Berkat air curug tersebut keadaan negara pun kembali sejahtera.
Curug Tujuh Cibolang merupakan salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh kecamatan Panjalu dengan luas 22 ha dan masuk dalam RPH Panjalu. Selain panorama alam dan air terjunnya yang indah, tempat ini juga menjadi bumi perkemahan bagi para pecinta alam. karena langsung berbatasan dengan hutan gunung sawal maka tidak heran ditempat ini kerap di jumpai binatang hutan seperti Kera, Macan tutul, macan Kumbang, rusa, mencek, babi hutan dan beragam jenis burung dan tumbuhan langka seperti jenis-jenis anggrek.
Menurut Dedeh Kurnia satu-satunya penjaga loket objek wisata. Keadaan curug tujuh saat ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Baik itu dari sarana dan prasarana wisata, juga dari jumlah pengunjung yang datang. Tahun 1990 sampai awal 2000, pengunjung yang datang selalu membeludag terutama saat lebaran, namun tahun-tahun belakangan ini terus mengalami penurunan.
“Salami saisih saom kamari mung surang dua urang nu sumping kadieu. Musim sepi eta dianggo kangge bebenah sareng beberesih da biasana ari lebaran mah sok rame deui. Mudah mudahan saparantosna ieu lokasi di kelola langsung ku perhutani Bandung kapayunnya tiasa ngonjat deui sapertos sateuacan moneter.” Papar Dedeh menutup pembicaraan.
Posting Komentar